ANALISIS TINDAK TUTUR LOKUSI,
ILOKUSI, DAN PERLOKUSI DALAM VIDEO CEPOT SAPARAKANCA EPISODE “KELAPA”
Siti Apipah
Pendidikan
Bahasa dan sastra Indonesia
Surel:
apippahallutfiah@yahoo.co.id
Abstrak
Bahasa merupakan
alat untuk berkomunikasi dan berinteraksi satu sama lain yang dikeluarkan
melalui alat ucap yang berbentuk suatu ujaran atau tindak tutur. Setiap ujaran
yang dituturkan oleh penutur memiliki makna dan maksud tertentu sesuai dengan
tujuan masing-masing. Seperti yang kita ketahui bahwa tindak tutur terbagi ke
dalam beberapa golongan salah satunya penggolongan berdasarkan sifat
hubungannya yang meliputi tindak lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Adapun
penelitian ini bertujuan untuk menambah wawasan mengenai tindak tutur. Objek
dari penelitian ini adalah sebuah video Cepot
saparakanca yang berupa percakapan dan yang menjadi subjeknya adalah tindak
tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Metode dalam penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif dengan sumber data
berupa sebuah video.
Metode pengumpulan datanya menggunakan metode simak (nonton) dan catat.
Berdasarkan dari hasil analisis percakapan dalam video Cepot saparakanca episode kelapa tersebut, di dalamnya terdapat
tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Semoga dengan adanya pembuatan
jurnal ini dapat semakin memperkaya pengetahuan pembaca.
Kata
kunci: Tindak tutur, Lokusi, Ilokusi, dan
perlokusi.
A. Pendahuluan
Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi atau interaksi
setiap manusia yang berupa lambang-lambang bunyi yang dikeluarkan melalui alat
ucap, serta setiap ujaran yang dikeluarkan itu memiliki arti dan setiap arti
yang dikeluarkan itu sifatnya arbiter sesuai dengan kesepakatan dalam suatu
lingkungan masyarakat. Bahasa sebagai gejala sosial yang
sangat kompleks baik masalah sosialnya, kulturnya, maupun situasionalnya.
Dengan demikian, mendekati bahasa dari pandangan linguistik belumlah cukup
sebab studi bahasa juga memperhitungkan faktor sosial dan situasionalny. Adapun
pragmatic adalah ilmu bahasa yang mempelajari tentang makna tuturan serta maknanya
dapat disesuaikan dengan situasi, tempat, dan waktu tertentu.
Dalam
penelitian ini pendekatan pragmatik digunakan untuk mengkaji satuan analisis
tindak ujaran atau tindak tutur. Dengan itu dapat diketahui apa fungsi tindak
tutur itu diujarkan oleh penuturnya. Karena setiap ujaran yang dituturkan oleh
penutur memiliki makna dan maksud tertentu sesuai dengan tujuan masing-masing.
Tindak tutur dalam peristiwa tutur merupakan dua gejala yang terjadi pada suatu
proses yaitu proses komunikas. Di dalam kehidupan manusia tidak bisa lepas dari
peristiwa tuturan, karena dengan tuturan manusia dapat menyampaikan informasi
kepada lawan tuturnya serta dapat dimengerti satu sama lain. Dan tuturan atau
tindak tutur itu beraneka ragam jenisnya salah satunya pengelompokkan
berdasarkan sifat hubungannya yang di dalamnya mencakup tindak tutur lokusi,
ilokusi, dan perlokusi. Karena penulis
melihat dalam video cepot saparakanca terdapat
beberapa percakapan yang perlu dikaji seperti tindak tutur lokusi, ilokusi dan
perlokusi maka dari itu peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam tindak
tutur yang terdapat dalam video cepot
saparakanca.
Dalam
jurnal ini penulis membatasi penelitian, hanya menganalisis mengenai jenis tindak tutur berdasarkan sifat
hubungannya yaitu tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Pembahasannya
mengenai percakapan-percakan yang termasuk ke dalam tindak tutur lokusi,
ilokusi, dan perlokusi pada video Cepot
saparakanca. Tujuannya agar pembahasan bisa lebih spesifik lagi dan tidak
melebar kemana-mana sehingga pembaca
tidak kesulitan untuk memahami pembahasan.
Tujuan dari penulisan jurnal ini adalah sebagai bahan untuk menambah
pengetahuan mengenai tindak tutur. Mempermudah bagi pembaca dalam memahami
jenis tindak tutur.
B. Landasan
Teoretis dan Metode Penelitian
1) Landasan
Teoretis
Pengertian tindak tutur
Tindak
tutur adalah sesuatu yang kita lakukan dalam rangka berbicara atau suatu unit
bahasa yang berfungsi di dalam sebuah percakapan.
Pengelompokkan
tindak tutur
(1) Pengelompokkan
berdasarkan jenisnya
-
Tindak representatif adalah tindak dari
penutur yang berfungsi menetapkan atau menjeaskan sesuatu itu apa adanya.
-
Tindak komisif adalah tuturan yang
berfungsi mendorong pembicara melakukan sesuatu seperti tindak berjanji,
bernazar, dan bersumpah.
-
Tindak direktif yaitu tuturan yang
berfungsi mendorong pendengar untuk melakukan sesuatu seperti mengusulkan,
memohon, dan mendesak.
-
Tindak ekspresif yaitu tindak yang
mencakup perasaan dan sikap, seperti tindak permintaan maaf, berterimakasih,
dan memuji.
-
Tindak deklaratif adalah tuturan yang
berfungsi memantapkan, membenakan suatu tindak tutur lain.
(2) Pengelompokkan
tindak tutur berdasarkan sifat hubungannya
-
Tindak tutur lokusi yaitu tindak tutur
yang dilakukan pembicara berhubungan dengan mengatakan sesuatu, seperti
memutuskan, mendoakan, merestui, dan menuntut.
-
Tindak ilokusi yaitu tindak tutur yang
dilakukan pembicara berkaitan dengan perbuatan dalam hubungan dengan mengatakan
sesuatu.
-
Tindak tutur perlokusi yaitu tindak
tutur yang mengakibatkan lawan bicara bertindak suatu tindakan dalam mengatakan
sesuatu.
(3) Pengelompokkan
tindak tutur berdasarkan hakekat
pemakaian
-
Tindak tutur sopan santun (politeness).
Tindak tutur ini bisa dijumpai pada percakapan pertama antara orang-orang baru
berkenalan.
-
Tindak tutur penghormatan (deferense).
Tindak tutur penghormatan biasanya dijumpai pada situasi percakapan kedua belah
pihak yang berbeda status sosialnya, missal murid dengan guru.
-
Tindak tutur tidak menghiraukan
(migitation). Tindak tutur tidak menghiraukan ini dapat dijumpai dalam dua
macam situasi penutur.
Pertama, karena tidak
disengaja orang yang tiba-tiba mengalihkan pembicaraan tanpa disadari
Kedua, karena disengaja yaitu
antara percakapan dua orang yang sedang bertengkar.
Pengertian
Tindak Tutur Menurut Muhammad Rohmadi, (2004) teori tindak tutur pertama
kali dikemukakan oleh Austin(1956), seorang guru besar di Universitas Harvard.
Teori yang berwujud hasil kuliah itukemudian dibukukan oleh J.O.Urmson (1965)
dengan judul How to do Things with words?.Akan tetapi teori itu baru berkembang
secara mantap setelah Searle (1969) menerbitkan bukuyang berjudul Speech Acts :
An Essay in the Philosophy of language menurut Searle dalamsemua komunikasi
linguistik terdapat tindak tutur. Ia berpendapat bahwa komunikasi bukan sekadar
lambang, kata atau kalimat, tetapi akan lebih tepat apabila disebut produk atau
hasil darilambang, kata atau kalimat yang berwujud perilaku tindak tutur (fire
performance of speech acts). Tindak tutur merupakan analisis pragmatik, yaitu
cabang ilmu bahasa yang mengkaji bahasa dariaspek pemakaian aktualnya. Leech
(1983:5-6) menyatakan bahwa pragmatik mempelajarimaksud ujaran (yaitu untuk apa
ujaran itu dilakukan); menanyakan apa yang seseorang maksudkan dengan suatu
tindak tutur; dan mengaitkan makna dengan siapa berbicara kepadasiapa, di mana,
bilamana, bagaimana. Tindak tutur merupakan entitas yang bersifat sentral di
dalam pragmatik dan juga merupakan dasar bagi analisis topik-topik lain di
bidang ini seperti praanggapan, perikutan, implikatur percakapan, prinsip
kerjasama dan prinsip kesantunan. Berkenaan dengan tuturan, Austin membedakan
tiga jenis tindakan:
1. Tindak
tutur lokusi, yaitu tindak mengucapkan sesuatu dengan kata dan kalimat sesuai
dengan makna di dalam kamus dan menurut kaidah sintaksisnya. Tindak tutur ini sering disebut
sebagai The Act of Saying Something
2. Tindak
tutur ilokusi, yaitu tindak tutur yang mengandung maksud; berkaitan dengan
siapa bertutur kepada siapa, kapan, dan di mana tindak tutur itu dilakukan,
dsb.
3. Tindak
tutur perlokusi, yaitu tindak tutur yang pengujarannya dimaksudkan untuk
mempengaruhi mitra tutur.
Dengan
demikian, dapat saya simpulkan bahwa tindak tutur adalah suatu bahasa yang
digunakan dalam berinteraksi dengan mitra tutur. Tindak tutur ini terbagi ke
dalam tiga jenis; Pertama, lokusi
adalah tindak tutur yang diucapkan penutur dan memiliki makna secara umum bisa
disertai dengan maksud bisa pula tidak. Kedua,
ilokusi adalah tindak tutur yang disertai dengan maksud tertentu antara
penutur dan petutur. Ketiga,
perlokusi adalah tindak tutur yang menyebabkan lawan tutur bertindak sebagai
akibat dari tuturan tersebut.
2) Metode
Penelitian
Penelitian
ini menggunakan jenis
penelitian deskriptif kualitatif
dengan sumber data berupa
sebuah
video yang berdurasi 03:53 menit dengan data berupa tindak tutur lokusi,
ilokusi, dan perlokusi. Metode pengumpulan datanya menggunakan metode simak
(nonton) dan catat. metode simak, yaitu dengan menyimak tuturan pada video Cepot saparakanca dan menganalisis
jenis-jenis tindak tutur yang tergolong
jenis tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi yang digunakan dalam
percakapan pada video tersebut. Yang selanjutnya tenik catat
adalah teknik yang
digunakan untuk mencatat
data-data. Penulis
mencatat tindak tutur dalam
video Cepot saparakanca tersebut ke
dalam pencatat data. Kemudian penulis
menggunakan teknik pustaka,
teknik pustaka adalah mempergunakan sumber-sumber tertulis
untuk memperoleh data.
Sumber-sumber tertulis itu meliputi makalah, buku yang berkenaan dengan
pragmatik, dan artikel-artikel dalam internet. Pustaka yang penulis lakukan dalam penelitian ini
menggunakan buku acuan pragmatik
dari berbagai sumber
yang ada dan mengenai teknik
analisis bahasa. Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan instrumen berupa alat bantu yang meliputi alat
tulis,
buku mengenai pragmatik, dan laptop sebagai media yang digunakan dalam
penulisan jurnal ini Teknik
analisis data menggunakan metode identifikasi.
C. Hasil
dan Pembahasan
Lampiran
Percakapan Cepot Saparakanca Episode
Kelapa
Cepot: Wah lapar nih sugan aya endog jang sasarap. Tatadi maraban wae hayam euy” (Wah lapar nih siapa tau ada telur buat sarapan. Dari tadi ngasih makan ayam terus)
Cepot: “Nah ieu, bagian dewek ieumah” (Nah bagian gue nih)
(sambil menunjuk kea rah telur ayam)
Semar: “Pot, Cepot”
Cepot: “Hah…” (Iya)
Semar: “Keur naon silaing” (Sedang apa kamu)
Cepot: “Eukeur…eukeur neang endog
Gan” (Lagi… nya… nyari telur Beh)
Semar : “Cing ngagantung pangalakeun kalapa. Indung silaing rek ngangeun cenah” (Coba kau petik kelapa sana. Ibumu mau nyayur katanya…)
Cepot : “Peryogi sabaraha hiji?” (Perlu berapa buah?)
Semar: “Dua we tong loba teuing, jang isuk deui” (Dua aja jangan banyak-banyak, buat
besok lagi)
Cepot : “Siap laksanakan” (Sambil hormat)
Cepot: “Aduh… tulung…tulung…!” (Aduh… tolong… tolong!)
Semar: “Ari silaing dititah ngala dua kalah tilu”
(Kau ini disuruh petik dua malah tiga)
Cepot: “Dua kulan ieu ge” (Itu juga dua)
Semar: “Naha sora muragna tilu” (Kenapa jatuhnya tiga)
Cepot: “Sanes. Sarung etamah” (Itu sarung beh)
Semar: “Maenya sarung sada
ngagebut” (Masa sarung bunyinya gdubrak…!)
Cepot: “Apan jeung dewek” (Kan sama gua…!)
Semar: “Oh paingan atuh, pesék sakalian… mun nggeus bawa kajero”
(Oh pantesan, kupas sekalian… kalau
sudah bawa masuk…!)
Cepot: “Euh inimah habis manis sepah dibuang. Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Tapi teu nanaon berakit-rakit kehulu, berenang-renang
ketepian.”
Cepot: “Aing kudu dahar dua piring jeung angeun euy…” (Gue harus makan dua piring nih sama
sayur…)
Analisis
tindak tutur lokusi
Seperti
yang telah penulis bahas dimuka bahwa tindak tutur lokusi adalah suatu tuturan
yang bermakna secara umum dan maknanya terdapat dalam kamus. Setelah penulis
analisis percakapan Cepot saparakanca
episode kelapa, pada percakapan itu terdapat beberapa tuturan yang maknanya
dapat diketahui secara umum. Berikut di bawah ini kutipannya:
Cepot: Wah lapar nih sugan aya endog jang sasarap. Tatadi maraban wae hayam euy” (Wah lapar nih siapa tau ada telur buat sarapan. Dari tadi ngasih makan ayam terus)
Cepot: “Nah ieu, bagian dewek ieumah” (Nah bagian gue nih) (sambil
menunjuk kea rah telur ayam)
Berdasarkan
kutipan di atas jelaslah bahwa tindak tutur tersebut termasuk ke dalam tindak
tutur lokusi karena makna dari tuturan Cepot itu dapat diketahui secara umum.
Seperti pada tuturan awal kalimat pertama “Wah lapar nih siapa tau ada telur buat sarapan”
dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa Cepot sedang lapar dan berniat
mencari teur. Sama halnya dengan kalimat lanjutannya yang menujukan Cepot
sedang bergumam sendiri dan dapat diketahui dalam tuturannya itu menjelaskan
bahwa Cepot sudah sejak tadi memberi makan aya.
Jika
pada tuturan kedua mungkin maknanya akan sulit dimengerti jika hanya berbentuk
dialog tanpa melihat video ataupun tanpa diakhiri dengan penjelasan, contonya “Nah bagian gue nih”. Kita akan
sulit mengartikan apa yang dimaksud oleh Cepot mengenai “bagian gue”. Akan
tetapi setelah akhir tuturannya diberi penjelasan maka itu akan memudahkan
memahami apa yang dimaksud si penutur, contoh “Nah bagian gue nih” (sambil
menunjuk kea rah telur ayam)
Analisis
tindak tutur ilokusi
Berikutnya
tindak tutur ilokusi, tentunya kita masih ingat bahwa tuturan ilokusi adalah
tindak tutur yang disertai dengan maksud tertentu yang berkaitan dengan siapa,
kepada siapa, kapan, dan di mana tindak tutur itu dilakukan.
Dalam
video Cepot saparakanca episode kelapa,terdapat
beberapa percakapan yang menunjukkan tindak tutur ilokusi, yang mana tidak
tutur yang disertai dengan maksud kepada lawan tutur kemudian lawan tutur
menjawab sebagai respon dari tuturan si penutur. Contohnya sebagai berikut:
Kutipan
a.1
Semar: “Pot, Cepot”
Cepot: “Hah…” (Iya)
Semar: “Keur naon silaing” (Sedang apa kamu)
Cepot: “Eukeur…eukeur neang
endog Gan” (Lagi… nya… nyari telur Beh)
Kutipan
a.2
Semar: “Ari silaing dititah ngala dua kalah tilu” (Kau ini disuruh petik dua malah tiga)
Cepot: “Dua kulan ieu ge” (Itu juga dua)
Semar: “Naha sora muragna tilu” (Kenapa jatuhnya tiga)
Cepot: “Sanes. Sarung etamah” (Itu sarung beh)
Semar: “Maenya sarung sada ngagebut” (Masa sarung bunyinya gdubrak…!)
Cepot: “Apan jeung dewek” (Kan sama gua…!)
Semar: “Oh paingan atuh, pesék sakalian… mun nggeus bawa kajero” (Oh pantesan, kupas
sekalian… kalau sudah bawa masuk…!)
Berdasarkan
kutipan di atas dapat kita ketahui bahwa dalam setiap tuturan itu memiliki
maksud tertentu. Seperti pada kutipan (a.1) Semar memanggil Cepot dan sebagai
respon Cepot menjawab panggilan dari Semar. Kemudian Semar pun bertanya “sedang
apa?” kepada Cepot itu berarti talam tuturan kutipan (a.1) Semar bertanya
mengenai kegiatan yang sedang dilakukan oleh Cepot dan Cepot pun menjawab bahwa
dirinya sedang nyari telur ayam.
Pada
kutipan (a.2) sedikit berbeda dengan kutipan (a.1), pada kutipan (a.2) sedikit
ada kesalah pahaman Semar terhadap Cepot. Akan tetapi, Cepot memperjelas
kembali apa yang sedang terjadi terhadap dirinya.
Analisis
tindak tutur perlokusi
Tindak
tutur perlokusi adalah tindak tutur yang diucapkan oleh seseorang dan
menyebabkan orang lain bertindak karena tuturan itu. Dengan kata lain tindak
tutur perlokusi adalah tindak tutur untuk mempengaruhi orang lain supaya
melakukan sesuatu. Setelah diteliti ternyata dalam percakapan di ataspun terdapat
tindak tutur perlokusi, contohnya sebagai berikut:
Kutipan
b.1
Semar : “Cing ngagantung pangalakeun kalapa. Indung silaing rek ngangeun cenah” (Coba kau petik kelapa sana. Ibumu mau nyayur
katanya…)
Cepot : “Peryogi sabaraha
hiji?” (Perlu berapa buah?)
Semar: “Dua we tong loba teuing, jang isuk deui” (Dua aja jangan banyak-banyak, buat besok lagi)
Cepot : “Siap laksanakan” (Sambil hormat)
Kutipan
b.2
Cepot: “Aduh…
tulung…tulung…!” (Aduh… tolong… tolong!)
Semar: “Ari silaing dititah ngala dua kalah tilu” (Kau ini disuruh petik dua malah tiga)
Berdasarkan
kutipan (b.1) di atas jelaslah bahwa terdapat tindak tutur perlokusi yang mana
tuturan Semar dengan memerintah Cepot untuk memetik kelapa dan sebagai responya
Cepot langsung memanjat pohon kelapa dengan demikian jelaslah bahwa hal
tersebut adalah tindak tutur perlokusi.
Jika
pada kutipan (b.1) adalah perlokusi lain halnya jika pada kutipan (b.2), pada
kutipan (b.2) seharusnya itu tindak tutur perlokusi tapi karena Semar tidak
merespon Cepot pada saat meminta tolong maka menurut penulis itu jadi lokusi karena
pada kutipan (b.2) perlokusinya tidak jalan. Jadi Cepot hanya meminta tolong
saja sedangkan Semar tidak merespon permintaan dari Cepot tersebut. Hal
tersebut disebabkan oleh Semar tidak mendengar permintaan tolong dari Cepot.
Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa tindak tutur yang seharusnya
perlokusi bisa saja menjadi lokusi apabila tidak ada respon atau tindakan dari
mitra tutur.
D. Simpulan
Pengelompokkan
tidak tutur; berdasarkan jenisnya, berdasarkan sifat hubungannya, dan
berdasarkan hakekat pemakaiannya. Pengelompokkan tindak tutur berdasarkan sifat
hubungannya terbagi menjadi tiga yaitu pertama
tindak lokusi brupa tindak tutur yang bermakna secara umum, kedua ilokusi yaitu tindak tutur yang
disertai dengan maksud dan yang ketiga perlokusi
adalah tindak tutur yang mengakibatkan lawan tutur bertindak. Pada percakapan Cepot saparakanca di atas terdapat
tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusinya.
Referensi
Cummings, Louis. 2007. Pragmatik (Sebuah Prspektif
Multidisipliner). Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Lubis,
Hamid Hasan. 2015. Analisis Wacana
Pragmatik. Bandung: Angkasa
Yule,
George. 2014. Pragmatik. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Dasmana, Demi.
Cepot sparakanca Eps02 kalapa.
[online]. Tersedia di https://www.youtube.com/watch?v=ZPIx_6E34NI.
[2 Desember 2015]
Kurniawan.2008.
Tindak Tutur. [online]. Tersedia di http://awan80.blogspot.co.id/2008/07/tindak-tutur.html. [28 November
2015]
Suryadi,
https://edisuryadimaranaicindo.wordpress.com/2012/03/01/aspek-aspek-pragmatik-tindak-tutur-praanggapan-dan-implikatur-2/.
[28 November]
Merkur 9C (W) - Review - Xn--O80B910a26eepc81il5g.online
BalasHapus› Merkur-9C-W- › Merkur-9C-W- Nov 20, 2021 kadangpintar — worrione Nov 20, 2021 Merkur 9C (W) · 2.00 USD ·. Add to Cart. 0 in stock · Category: Gaming. Product Code: 9C-W-9-9-9-9-9-9-9-9-9-9-9. 메리트 카지노 쿠폰 3.00 USD · Category: Gaming. Product Code: 9C-W-9-9-9-9-9-